Rumah Subsidi: Ada Harga, Ada Kualitas
Realisasi program satu juta rumah hingga kini masih belum memberikan perkembangan yang cukup baik. Hingga kini, tercatat hanya terbangun sebanyak 114.102 rumah dari target yang ditentukan.
Tentunya hal ini mengecewakan. Jumlah tersebut terdiri dari rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebanyak 7.456 unit dan rumah Non-MBR sebanyak 38.648 unit.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sendiri mendata, jika dihitung, masih terdapat sebanyak 885.889 unit rumah lagi yang belum terbangun. Sebanyak 624.544 unit rumah yang belum terbangun merupakan rumah MBR sementara sisanya yaitu 261.354 unit lain merupakan rumah Non MBR.
Pemerintah sendiri telah menetapkan bahwa harga rumah dijual di Jakarta bersubsidi tidaklah boleh lebih dari harga Rp 200 juta. hal ini kemudian membuat kualitas rumah subsidi kerap menjadi keluhan dari para calon pembeli rumah.
Menurut Real Estate Indonesia (REI), rumah subsidi yang kini berharga di kisaran angka Rp 130 jutaan memaksa para pengembang untuk membangun rumah dengan seadanya. Pengembang akhirnya harus berkompromi dengan cara memilih bahan material yang tidak terlalu baik, pengerjaan yang kurang baik, dan lainnya.
REI sendiri menyebut bahwa yang terpenting dimiliki rumah subsidi saat ini adalah komponen lengkap rumah seperti atap, dinding, dan pintu dipenuhi; soal kualitas urusan belakangan. Perbaikan tersebut biasanya dilakukan oleh pemilik di kemudian hari.
Tidak hanya itu, masalah juga kerap timbul pada bagian instalasi air dan juga listrik. Ketika akan akad kredit, masih ada beberapa rumah yang airnya belum mengalir, sumur belum selesai dibuat, dan listrik yang belum terpasang sehingga menghambat proses kredit itu sendiri.
Namun meski begitu, REI menyebut akan tetap melakukan pengecekan, pemeriksaan, dan menjaga kualitas dari rumah yang dibangun terlebih rumah tersebut memang dibutuhkan masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.
REI akan memantau para pengembang untuk dapat memaksimalkan budget dan material yang ada sehingga rumah yang nantinya akan dijual ke masyarakat berpenghasilan rendah tersebut dapat nyaman untuk ditinggali. Sehingga, penghuni tidak perlu mengeluarkan kocek lebih banyak untuk merenovasi rumah. [w1/08_uid]
Tentunya hal ini mengecewakan. Jumlah tersebut terdiri dari rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebanyak 7.456 unit dan rumah Non-MBR sebanyak 38.648 unit.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sendiri mendata, jika dihitung, masih terdapat sebanyak 885.889 unit rumah lagi yang belum terbangun. Sebanyak 624.544 unit rumah yang belum terbangun merupakan rumah MBR sementara sisanya yaitu 261.354 unit lain merupakan rumah Non MBR.
Pemerintah sendiri telah menetapkan bahwa harga rumah dijual di Jakarta bersubsidi tidaklah boleh lebih dari harga Rp 200 juta. hal ini kemudian membuat kualitas rumah subsidi kerap menjadi keluhan dari para calon pembeli rumah.
Rumah Subsidi: Ada Harga, Ada Kualitas |
REI sendiri menyebut bahwa yang terpenting dimiliki rumah subsidi saat ini adalah komponen lengkap rumah seperti atap, dinding, dan pintu dipenuhi; soal kualitas urusan belakangan. Perbaikan tersebut biasanya dilakukan oleh pemilik di kemudian hari.
Tidak hanya itu, masalah juga kerap timbul pada bagian instalasi air dan juga listrik. Ketika akan akad kredit, masih ada beberapa rumah yang airnya belum mengalir, sumur belum selesai dibuat, dan listrik yang belum terpasang sehingga menghambat proses kredit itu sendiri.
Namun meski begitu, REI menyebut akan tetap melakukan pengecekan, pemeriksaan, dan menjaga kualitas dari rumah yang dibangun terlebih rumah tersebut memang dibutuhkan masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.
REI akan memantau para pengembang untuk dapat memaksimalkan budget dan material yang ada sehingga rumah yang nantinya akan dijual ke masyarakat berpenghasilan rendah tersebut dapat nyaman untuk ditinggali. Sehingga, penghuni tidak perlu mengeluarkan kocek lebih banyak untuk merenovasi rumah. [w1/08_uid]
Tidak ada komentar: