Advertisement

Menggugah Potensi Ikan Endemik Bersama Gerakan Hejo

Bandung, 21 Desember 2015- Bertempat Alam Santosa Pasir Impun Kabupaten Bandung telah diselenggarakan Saresehan Masyarakat Perikanan Jawa Barat pada 25 November 2015.  Pada acara ini membuahkan agenda program kerja pertama, yaitu membentuk sebuah gerakan penghijauan lingkungan Jawa Barat. Gerakan positif ini bernama Gerakan Hejo.

Menggugah Potensi Ikan Endemik Bersama Gerakan Hejo

Menggugah Potensi Ikan Endemik Bersama Gerakan Hejo

Yang menjadi inisiator Gerakan Hejo adalah para sesepuh Jawa Barat, antara lain; Letjen TNI (purn) Solihin GP (90) mantan Gubernur Jabar (1970 – 1974), serta Eka Santosa, mantan Ketua DPRD Jabar dan Ketua Komisi ll DPR RI (2004 – 2009). Agendanya akan diadakan pada Rabu, 23 Desember 2015 pukul 09.00 hingga selesai di Alam Santosa - sebuah kawasan ekowisata dan budaya di Kabupaten Bandung (Bandung Timur). 

“Benar. Ini program bulan pertama kami. Nantinya, Gerakan Hejo diharapkan setiap bulan melakukan program sejenis dengan muara menghijaukan Jawa Barat. Thema-nya bisa beraneka-ragam,” kata Eka yang hari itu (21/12/2015) memimpin rapat persiapan saresehan ini, didampingi Ketua Panitia Saresehan Perikanan Jawa Barat, Agus Warsito.

Mensitir data BPLHD Jabar 2002 – Sejak 1994 sampai 2000, hutan lindung berkurang sekitar 106.851 ha (24%), hutan produksi berkurang sekitar 130.589 ha (31%). Persawahan pada periode ini menjadi bukan lahan persawahan seluas kurang lebih 165.903 ha (71%).

Fenomena ini sudah lama menurunkan daya dukung lingkungan. Kerusakan lingkungan lebih parah, kiini kita rasakan mulai dari hutan, sungai, pesisir, termasuk kekayaan bio diversity yang sejak dulu merupakan kekayaan kita.

Keprihatinan lain yang menjadi pemicu lahirnya Gerakan Hejo, disebabkan – fenomena kasat mata degradasi kawasan lindung Jawa Barat yang seharusnya 45%, tetap saja 20% stagnan, bahkan cenderung menurun. Lahan kritis, kini terhitung sekitar 600.000 hektar di Jawa Barat. Akibatnya, kondisi sungai, 50% tidaklah bersih. Hampir 95% kondisi sungai di pekotaan tercemar limbah. Alih fungsi lahan antara industrialisasi dan pertanian, pabaliut. Di lapangan terjadi saling cakar antara peruntukan industri, pemukiman, pertanian, serta perikanan yang tersisih.

Jabar Darurat

”Kondisi lingkungan Jawa Barat dalam 10 tahun terakhir ini, sudah pada tahap darurat. Diantaranya melalui gugahan pentingnya ikan endemik (lokal), harapannya daya dukung lingkungan kita bisa kembali minimal ke 10 tahun lalu. Harapannya tumbuh the green farm fish untuk berkembangnya ikan endemik. Perlu revolusi hijau, memang untuk Jawa Barat yang tak sekedar jargon!”, dedar Eka yang melalui Gerakan Hejo dalam waktu dekat akan membuka “wawasan baru” – menghijaukan Jawa Barat.

Ikan Nilem (foto: ist)

“Diperkirakan hadir 300 orang yang akan menghadiri saresehan ini”, ujar Agus Warsito. Lengkapnya para pakar itu, diantaranya: Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri, Ketua MAI (Masyarakat Aqua Kultur Indonesia); DR. Ir. Iskandar, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD; DR. Ir.Deny Indradjaja MSc, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT); dan Drs. Jojo Subagja, Msi, Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Tawar.

Para pakar perikanan ini akan membahas tuntas mulai dari potensi, kondisi terkini, dan masa depannya yang penuh dengan berbagai keunggulannya. Beberapa diantara ikan endemik itu, antara lain: nilem (Osteochilus hasselti), tambakang (Helostoma temmincki), tawes (Puntius gonionotus), gurami (Osphronemus gouramy), dan beureum panon (Puntius orphoides).”Harus diingat keberadaan ikan asing yang bersifat invasive itu jangan membuat kita terlena”, papar Agus Warsito.

Sementara itu menurut Ir. H Mohammad Husen, pakar perikanan yang biasa disapa Husen Lauk, yang dalam saresehan ini berperan sebagai moderator:” ”Ikan endemik ini jangan terdesak oleh ikan patin dan nila dari luar negeri. Sejatinya ikan endemik itu punya punya keunggulan tersendiri. Anehnya, pemerintah kita lupa pada kelebihannya – tak dikembangkan”.

Deklarasi Pasir Impun

Direncanakan dari saresehan ini akan dilahirkan Deklarasi Pasir Impun . Deklarasi berisi gugahan kepada pemerintah, kalangan pembudi-daya ikan, pecinta lingkungan, dan warga Jabar pada umumnya. “Deklarasi ini amat penting untuk mengawali kepedulian warga Jabar dan Indonesia, kembali memelihara, mengembangkan, dan mengkonsumsi ikan endemik. Keberadaan Alam Santosa di Pasir Impun Kab. Bandung menurut penilaian saya, amatlah cocok untuk dijadikan lokasi pembibitan ikan endemik Jabar”, tutur Husen Lauk (67) yang nyaris sepanjang hayatnya memperjuangkan “bersolo karir” di bidang ikan lokal.

Husen Lauk (67) yang nyaris sepanjang hayatnya memperjuangkan perlindungan ikan lokal
“Tidakkah kita ingin punya kebanggaan sebagaimana warga Tiongkok dengan Chinese Carp (Silver carp, Big head), dan warga India dengan Indian Carp (Mrigal, dan Rohu). Kalau bisa kita kumandangkan dengan dada tegap Indonesian Carp atau Indonesian Endemic Green Fish”, tutup Husen Lauk dengan rona wajah tegas. [hS]

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.